Menghindari Perangai Man Child dalam Pernikahan
Menghindari Perangai Man Child dalam Pernikahan
Dalam dunia pernikahan, bukan hanya kesiapan materi dan fisik yang menjadi penentu keharmonisan, tetapi terutama kedewasaan mental dan emosional seorang pria. Salah satu tantangan terbesar dalam rumah tangga saat ini adalah hadirnya pria dewasa secara usia namun belum dewasa dalam sikap dan tanggung jawab. Mereka dikenal dengan istilah "man child".
Man child bukan berarti pria yang menyukai permainan atau humor. Ini adalah istilah psikologis untuk menggambarkan pria dewasa yang masih membawa perilaku kekanak-kanakan ke dalam kehidupan rumah tangga. Dalam konteks pernikahan, perangai man child bisa sangat merusak karena membuat istri seperti memikul dua beban sekaligus: menjadi istri dan menjadi pengasuh.
Dalam kelas bimbingan calon suami terbaik di Kitanikah.co.id, kita akan membahas secara mendalam bagaimana mengenali, menghindari, dan menyembuhkan sikap man child demi pernikahan yang sehat dan bertumbuh.
1. Apa Itu Man Child?
Man child adalah pria dewasa secara usia, tetapi masih bersikap seperti anak-anak dalam hal tanggung jawab, pengambilan keputusan, pengelolaan emosi, dan relasi sosial. Mereka sering kali tidak siap menghadapi realitas hidup yang penuh tantangan dan menuntut kematangan.
Perilaku ini muncul karena:
- Tidak pernah dilatih menghadapi konsekuensi
- Terlalu dimanja saat kecil
- Tidak pernah diberi tanggung jawab
- Tidak memiliki figur ayah atau teladan laki-laki sejati
- Lingkungan sosial yang permisif
2. Ciri-Ciri Man Child dalam Pernikahan
- Enggan Bertanggung Jawab: Selalu menyalahkan istri, lingkungan, atau keadaan ketika terjadi masalah.
- Cepat Marah dan Ngambek: Seperti anak kecil yang tidak bisa mengatur emosi.
- Hobi Bermain Tanpa Batas: Menghabiskan waktu untuk hobi berlebihan, game, media sosial, tanpa peduli kondisi rumah.
- Mau Menang Sendiri: Tidak terbuka dengan pendapat istri, keras kepala, dan sulit diajak kompromi.
- Bergantung secara Finansial atau Mental: Tidak memiliki inisiatif bekerja, atau sangat tergantung pada orang tua atau istri.
- Suka Menghindar: Tidak suka membicarakan masalah serius, lebih suka lari dan menghindar.
- Kurang Empati: Tidak peduli dengan perasaan istri atau anak, tidak sensitif terhadap kebutuhan emosional keluarga.
3. Dampak Perilaku Man Child terhadap Pernikahan
- Istri Menjadi Lelah Mental: Karena harus mengambil peran ganda sebagai istri dan ibu bagi suaminya.
- Komunikasi Buruk: Sulit terjadi komunikasi sehat karena suami tidak siap membahas isu-isu penting.
- Konflik Rumah Tangga yang Kronis: Hal-hal kecil bisa jadi besar karena suami tidak mampu mengelola emosi.
- Anak Kehilangan Teladan Ayah: Anak tumbuh tanpa melihat figur laki-laki dewasa yang matang.
- Pernikahan Tidak Menumbuhkan: Istri dan anak merasa tidak berkembang secara emosional dan spiritual.
4. Penyebab Umum Pria Menjadi Man Child
- Pola Asuh yang Terlalu Memanjakan: Tidak pernah diberi tanggung jawab atau dibiarkan merasakan konsekuensi.
- Lingkungan Pergaulan yang Tidak Mendorong Tumbuh: Berteman dengan lingkungan yang permisif dan tidak menuntut kedewasaan.
- Kurangnya Figur Ayah atau Model Pria Dewasa: Tidak ada role model laki-laki sejati dalam hidupnya.
- Kebiasaan Melarikan Diri dari Masalah: Tidak pernah diajarkan menghadapi masalah dengan tenang dan bertanggung jawab.
- Tidak Pernah Dibimbing dalam Nilai-Nilai Agama: Tidak memiliki pemahaman bahwa pernikahan adalah amanah dari Allah.
5. Cara Menghindari dan Menyembuhkan Sikap Man Child
a. Mengenali dan Mengakui
Langkah awal adalah mengakui bahwa kita punya masalah ini. Banyak pria terjebak karena tidak mau mengakui dirinya masih bersikap kekanak-kanakan.
b. Belajar Bertanggung Jawab Sejak Sekarang
Mulai dari hal kecil: disiplin waktu, mengatur keuangan sendiri, membantu di rumah, menyelesaikan pekerjaan hingga tuntas.
c. Perbaiki Hubungan dengan Orang Tua
Jika selama ini terlalu dimanja, mulailah bersikap dewasa dalam relasi keluarga. Tunjukkan bahwa kamu bukan anak kecil lagi.
d. Ikuti Program Pembinaan
Kelas ini adalah langkah awal yang tepat. Lanjutkan dengan mentoring, kajian, atau komunitas yang mendukung pertumbuhan pribadi.
e. Berlatih Mengelola Emosi
Saat marah, belajar untuk diam sejenak. Hindari melampiaskan dengan membentak atau kabur. Latih diri untuk tetap tenang.
f. Bangun Pola Hidup Dewasa
Buat rencana hidup, kelola keuangan, jadwalkan waktu ibadah, hindari gaya hidup konsumtif dan instan.
g. Membangun Empati
Latih diri untuk mendengar tanpa menyela, memahami perasaan istri, dan merespon dengan empati.
6. Laki-laki Sejati Bukan yang Bebas, Tapi yang Bertanggung Jawab
Dalam Islam, laki-laki adalah pemimpin, bukan hanya karena ia laki-laki, tetapi karena ia mampu menanggung amanah:
“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita...” (QS. An-Nisa: 34)
Pemimpin berarti siap menjadi pelindung, pengayom, pemberi solusi, dan teladan. Bukan pengeluh, penghindar, atau peminta perhatian.
7. Role Model: Rasulullah ﷺ Bukan Man Child
Nabi Muhammad ﷺ adalah contoh terbaik pria sejati:
- Beliau membantu pekerjaan rumah
- Bersikap lembut kepada istri
- Memimpin dengan kasih sayang dan kebijaksanaan
- Menunjukkan tanggung jawab luar biasa dalam segala aspek kehidupan
Kalau kita meneladani beliau, niscaya kita jauh dari sikap man child.
8. Kesimpulan dan Aksi Nyata
Menghindari sikap man child bukan hanya demi istri. Tapi demi dirimu sendiri. Demi anak-anakmu. Demi pernikahan yang langgeng. Dan yang terpenting, demi tanggung jawabmu di hadapan Allah.
Mari latih diri untuk:
- Menjadi lelaki yang hadir, bukan hanya eksis
- Menjadi pemimpin yang peduli, bukan penguasa yang egois
- Menjadi suami yang mendewasa, bukan yang menyusahkan
Karena pernikahan bukan tempat bersembunyi dari tanggung jawab, tapi ladang untuk tumbuh menjadi dewasa.
Semoga Allah memudahkan setiap langkahmu untuk meninggalkan sifat kekanak-kanakan dan menggantinya dengan kedewasaan yang menenteramkan.
Tim Bimbingan Calon Suami Terbaik – Kitanikah.co.id
Tidak ada komentar saat ini.